Kenapa Harus Beda
Namaku
Zayn Malik. Aku dibesarkan di desa yang masyarakatnya adalah umat Islam. Aku
juga dibesarkan oleh keluarga Islam yang taat. Ayahku adalah seorang guru agama
di sebuah sekolah menengah, sedangkan ibuku seorang pengajar ngaji. Aku selalu
dididik untuk menjadi anak yang taat pada Allah dan rajin beribadah. Setiap
sore, aku dan teman-teman selalu bersemangat berangkat ke masjid untuk mengaji.
Bahkan, kami sering taruhan tentang siapa yang akan menghafal Al-quran terlebih
dahulu. Begitu juga di sekolahku yang berbasis Islam, aku dan teman-teman
sering melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan bersama. Kami juga sering
menjuarai lomba-lomba bertema Quran.
Sampai
akhirnya aku harus menelan kesedihan. Ketika keadaan mengharuskan kami
sekeluarga meninggalkan desa. Aku harus meninggalkan teman-teman, sekolah, dan
masjid kesayanganku. Sangat sulit bagiku, untuk meninggalkan semua yang telah
bersamaku sejak kecil itu.
Kami
pun meninggalkan desa. Pindah ke daerah baru yang sama sekali belum pernah kami
pijak. Daerah itu tidak jauh berbeda dengan tempat tinggal kami sebelumnya.
Orang-orangnya ramah, dan aku juga mendapatkan teman-teman yang baik. Di situ
juga tersedia masjid yang tak kalah bagus dari masjid kesayanganku di desa.
Hanya saja masjidnya tidak sebanyak di desaku dan ada beberapa bangunan lain.
Beberapa berbentuk seperti istana yang ada simbol palangnya, dan beberapa
berbentuk seperti candi yang ada patung dan bunganya.
Di bangunan
seperti candi itu, biasanya aku melihat orang-orang membawa nampan berisi
lilin, bunga dan benda-benda lain yang tidak kuketahui namanya. Teman baruku,
Nayaka sering datang kesitu dengan mengenakan baju putih dan udeng di
kepalanya. Sedangkan yang wanita biasanya mengenakan bunga di rambutnya.
“Nayaka!” panggilku
seraya menghampiri Nayaka yang sedang berjalan menuju ke tempat itu lagi
“Iya?” dia menoleh ke
arahku
“Kamu mau ke candi itu
ya?” tanyaku sambil menunjuk ke arah candi itu
“Itu bukan candi, Zayn.
Tapi kuil” Jelasnya
“Oh kuil, ngapain kamu
kesana?” tanyaku lagi
“Berdoa” Jawabnya
dengan singkat
Aku menjadi bingung
kenapa dia berdoa di sana dan bukan di masjid, seperti aku. Namun belum sempat
aku bertanya lagi. Ibunya memanggil yang membuatnya segera pergi.
Sementara
di bangunan mirip istana itu aku sering melihat Anthony datang kesana, dia adalah teman
pertamaku disini. Aku pun menjadi penasaran dan nekat menaiki tangga untuk
mengintipnya. Ternyata tidak hanya Anthony yang berada di situ, melainkan
banyak orang. Musik dimainkan dan mereka bernyanyi sambil mengangkat tangan. Di
lagu terakhir mereka menyanyi sambil menutup mata, bahkan sampai menangis
tersedu-sedu. Setelah itu mereka mendengarkan seseorang yang berbicara di depan
mereka. Sama seperti ketika aku mendengarkan ceramah pak ustad di desa.
Tanpa
sadar aku telah mengintip hingga Anthony selesai dengan kegiatannya dan keluar
dari tempat itu.
“Anthony!” aku menghampiri Anthony
“Eh, Zayn. Kok kamu disini?” tanyanya
“Iya, hehe,” aku
tertawa kecil
“Tadi aku ngintipin
kamu. Aku bingung soalnya, kok kamu sering banget kesini,” jelasku
“Iya, Zayn. Aku dan
mama sering kesini untuk beribadah” ungkapnya sambil dengan santai melangkahkan
kaki dan aku mengikutinya.
“Beribadah?? Kok disini? Bukannya beribadah
itu di masjid ya?” aku terus melemparkan pertanyaan
“Jadi gini, kata mama
kita itu beda. Aku ibadahnya di gereja, kalau kamu di masjid” Jawabnya sedikit
menyembuhkan rasa ingin tauku
“Tapi kata mama
meskipun kita ini beda, kita gak boleh bertengkar, kita harus sahabatan terus”
Tambahnya
Tak terasa Anthony pun
sampai di rumahnya. Sedangkan aku melanjutkan perjalanan pulang ke rumah.
Di
jalan, aku terus memikirkan perkataan Anthony
tentang ‘Kita Ini Beda’. Aku semakin
bingung. Tadi Nayaka berdoa di kuil, Anthony di gereja, dan aku sendiri di
masjid. ‘Kenapa Harus Berbeda?’. Aku ingin segera sampai rumah dan melemparkan
pertanyaan-pertanyaanku pada Ayah.
Di rumah, Ayah pun
berhasil menjawab segala kebingunganku.
“Anakku, kita ini
diciptakan oleh siapa?” Tanya Ayah
“Oleh Allah” Jawabku
“Ayah, ibu, Zayn
diciptakan oleh?” tanya Ayah lagi
“Allah” Jawabku
“Kalau Anthony?
Diciptakan oleh?” Ayah terus bertanya
“Gak tau, soalnya kata
Anthony kita ini beda” jawabku dengan bingung
“Anthony juga
diciptakan oleh Allah, sayang. Sebenarnya kita ini sama, hanya saja cara dan
tempat ibadah kita berbeda. Tapi intinya kita ini sama-sama makhluk Allah.
Begitu juga dengan Nayaka” Jelas Ayah
“Tapi meskipun kita ini
berbeda, kita harus saling menghormati dan menghargai. Perbedaan itu bukan
untuk dijauhi, tapi untuk dijalani sebagai sebuah anugrah dari Allah” Tambahnya
Sekarang aku mengerti
bahwa perbedaan itu memang ada, dan dari situlah tercipta persatuan yang indah.